Akulah Sang Badutnya Tuhan
Menari-nari dalam jenakanya dunia
Sembari mengolok-ngolok kefanaan
Aku mengeriap di antara kerikil-kerikil kehidupan
Tampak para malaikat mengepakkan sayap
Dan aku di bawah kepak-Nya menyembulkan senyum
Di balik ketiak ilahi, amanku dalam naungan-Nya
Rangkulan-Nya meneduhkan hujan dan badai
Sesekali aku berjinjit dalam rinai hujan nan deras
Meloncat-loncat tat kala tanah basah mengotoriku
Tuhanpun tertawa melihat si badut jenaka
Sekalipun terjatuh, geliku terbahak di atas bebatuan
Sang Ilahi, Tuhan para jenaka sejati
Ia pemilik para badut-badut dari surgawi
Segala kefanaan ditertawakan bagaikan secarik bulu
Menggelitiki kaki hingga mengocok isi perut ini
Seolah dunia adalah semacam kebodohan
Tak lagi tersirat kepastian di tengah realitas
Hanya pikiran sederhana mengatasi keabadian
Sementara harta, tahta dan segala hanyalah kepalsuan
Lagi-lagi aku berjalan menjingkrak di atas kerikil
Tertawa geli, menari bersama para jelata dunia
Mengakhiri cerita karena derita ternyata jadi jembatan
Antara dunia nan fana menuju kebakaan yang abadi